Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Selasa (25/01/2022) menegaskan ia telah mengundang pemimpin junta Myanmar untuk pertemuan puncak Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Jika kondisinya ada kemajuan terkait rencana perdamaian yang disepakati tahun lalu.
Hun Sen, ketua ASEAN, mengatakan dia akan berbicara dengan panglima militer Min Aung Hlaing melalui virtual pada hari Rabu (26/01/2022).
Diketahui bersama bahwa sejak pertemuan 7 Januari mereka di Myanmar, pemimpin terguling Aung San Suu Kyi telah dijatuhi hukuman empat tahun penajara dan pesawat militer telah dikerahkan dalam operasi.
Min Aung Hlaing memimpin kudeta di Myanmar tahun lalu dan ASEAN membuat langkah mengejutkan dengan melarang junta-nya menghadiri pertemuan-pertemuan penting karena kegagalannya menghormati “konsensus” lima poin ASEAN yang mencakup penghentian permusuhan dan memungkinkan dialog.
“Dia (Hun Sen) mengatakan bahwa telah mengundang HE (Yang Mulia) Min Aung Hlaing untuk menghadiri KTT ASEAN jika ada kemajuan dalam implementasi lima poin yang disepakati secara bulat,” dikutip dari halaman Facebook Hun Sen, yang merangkum panggilan dengan Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob.
“Tapi jika tidak, dia harus mengirim perwakilan non-politik ke pertemuan ASEAN.”
Sebagai ketua baru ASEAN, Kamboja telah mengindikasikan ingin terlibat bukan mengisolasi junta, namun Hun Sen telah ditekan oleh beberapa pemimpin ASEAN, termasuk dari Malaysia, Indonesia dan Singapura, untuk tidak mengalah pada kesepakatan, yang didukung oleh PBB dan Amerika Serikat.
Penggulingan pemerintah terpilih Suu Kyi di Myanmar telah menjadi kemunduran bagi ASEAN dan upayanya untuk menampilkan dirinya sebagai blok yang kredibel dan terintegrasi.
Kunjungan Hun Sen ke Myanmar menimbulkan kekhawatiran di dalam kelompok itu bahwa hal itu dapat menunjukkan pengakuan ASEAN terhadap para jenderal, yang telah mengawasi peristiwa berdarah terhadap pasukan pro-demokrasi.
Telah terungkap data terkait masalah Myanmar dan Hun Sen pekan lalu dimana ia mengecam sikap menteri luar negeri Malaysia, yang menyebutnya arogan karena menyuarakan keprihatinan atas tindakannya bertemu dengan kepala junta.
Menteri Luar Negeri Malaysia mengatakan, Pemimpin Malaysia Ismail Sabri telah menyampaikan kepada Hun Sen bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meredakan situasi Myanmar dan agar segera membebaskan Suu Kyi dan semua tahanan politik Myanmar.
Konsensus ASEAN termasuk menghentikan serangan dan memberikan akses penuh kepada utusan khusus ASEAN untuk semua pihak dalam konflik.