Muhammad Syis, Ketua Gus Durian Ciputat, menyatakan bahwa Gus Dur merupakan intelektual Islam yang memiliki watak keterbukaan sehingga wajarlah jika beliau disebut sebagai Bapak Pluralisme. Hal ini disampaikannya dalam diskusi kepemimpinan yang diadakan Dialektika Institute for Culture, Religion and Democracy pada Sabtu (23/04/2022).
Syis menyebutkan bahwa salah satu dari ciri keterbukaan dan inklusivitas Gus Dur ialah penerimaannya atas Pancasila yang saat itu masih diperdebatkan oleh para tokoh Islam. Menuruts Syis, Gus Dur menyebut Islam dan Pancasila memiliki keselarasan yang luar biasa. Karena itu, tidak ada alasan bagi umat Islam di Indonesia menolak Pancasila.
Hal lain yang unik dari Gus Dur ialah perjuangannya dalam membela hak-hak kaum tertindas. Gus Dur memperjuangkan hak-hak kaum tertindas dan hak kelompok minoritas baik dari sisi agama, suku, ras maupun golongan. Perjuangan ini tentu jauh lebih besar dari sekadar pluralisme.
Perjuangan ini berbasis pada prinsip equality before the law, persamaan setiap warga negara di hadapan undang-undang. Ini memang prasyarat bagi tegaknya demokrasi. Dan lebih penting lagi, menurut Syis, semua itu berbasis pada pandangan Gus Dur terkait kemanusiaan.
Sepak terjang lainnya dari Gus Dur ialah pengakuan negara atas Konghucu sebagai agama dan dijadikannya Imlek sebagai hari besar nasional (etnis Tionghoa) dan bebas dirayakan di antero Tanah Air.